Friday, April 1, 2016

Review Kidzania Jakarta

Sejak tiba di Indonesia kembali di akhir tahun 2015, saya sudah membuat daftar lokasi wisata untuk anak-anak mana saja yang ingin saya kunjungi bersama Jova. Kidzania adalah salah satu destinasi yang sudah saya tunggu-tunggu untuk datangi sekembalinya ke Indonesia. Jadi, berikut review kunjungan saya dan Jova ke Kidzania.

Siapa yang mau masuk Kidzaniaa???


Hal-hal yang membuat senyum bahagia:
1. Ada water fountain!
Satu hal yang saya temui lagi sekembalinya ke Indonesia adalah mahal dan susahnya mendapatkan air minum. Maksud saya, tentu membeli air mineral gelas di warung harganya tidak seberapa. Namun, dibandingkan dengan kemudahan mendapatkan air minum di Amerika sebagai hak asasi dasar, menemukan segelas air putih di tempat publik di Indonesia menjadi seperti hak istimewa. Di Amerika, dengan mudahnya kita dapat menemukan water fountain di lokasi publik dan kita dapat mengisi kembali botol minum sepuasnya dan jika kita memesan air mineral di restoran pun tidak dikenakan biaya. Di Indonesia, harus siap ke dokter kalau mau minum air keran hehehe... dan jika ke restoran dan memesan air putih saja, maka biasanya pihak restoran akan memberikan sebotol air meneral dan mengenakan biaya yang membuat sakit perut. Jadi, ketika saya menemukan water fountain di Kidzania, seolah-olah ada Hallelujah chorus bermain di belakang kepala saya dan ada sinar terang yang menyoroti water fountain itu. Kalau saya tidak ingat umur dan banyak orang di sekitar, ingin rasanya memeluk sang water fountain. Terima kasih Kidzania karena menyediakan water fountain!


2. Tata ruang dan design yang bagus serta peralatan yang lengkap.
Harus diakui, ketika memasuki pintu masuk Kidzania pengunjung serasa dibawa  masuk ke satu kota buatan yang bersih, cantik, dan ramah anank tentunya karena anak-anak adalah aktor utamanya. Anak-anak bisa merasakan naik taksi sendiri keliling kota, berperan menjadi polisi yang menjaga keamanan kota, dll. Dua jempol untuk Kidzania yang berhasil membuat pengunjung serasa berada di dunia yang berbeda.



Hal-hal yang membuat dahi mengernyit: 
1. Harga yang cukup tinggi dan pembatasan waktu bermain.
 Pengunjung dapat dengan mudah mengakses informasi  harga di sini dan menurut saya harganya cukup mahal, terutama dengan adanya pembatasan waktu bermain (7 jam di hari kerja dan 5 jam di akhir pekan). Satu hal yang dapat membantu sebetulnya menurut saya adalah jika Kidzania menyediakan tiket terusan untuk jangka waktu tertentu (seperti annual pass).

2. Larangan membawa makanan.
Sebetulnya peraturan larangan membawa makanan ini bisa dibaca di sini tapi karena bgeitu panjang daftar peraturannya, jadi terlewat oleh saya. Jadi deh di hari itu saya membawa backpack berisi snack yang banyak untuk Jova sehingga saya harus menyewa loker Kidzania dan membayar Rp 20.000,- untuk ongkos sewanya. Adanya peraturan ini menambah lagi biaya pengeluaran orangtua karena mana mungkin anak tidak kelaparan di jam makan siang. Pertanyaan saya untuk Kidzania adalah, bagaimana kalau anak memiliki alergi makanan? Apakah Kidzania siap menyediakan makanan yang mengakomodasi kebutuhan khusus anak-anak yang diet tertentu?

3. Penawaran lanyard berserta kantongnya di pintu masuk.
Di pintu masuk, orangtua ditawarkan untuk membeli lanyard lengkap dengan kantongnya. Tawarannya cukup mengintimidasi karena kata sang penjual, "ini dibutuhkan loh untuk membawa uang Kidzania; nanti orangtua tidak boleh ikut masuk soalnya." Haduh, saya jadi tegoda untuk membeli, tapi mendengar harganya yang cukup mahal saya jadi menolak. Beruntung saya membawa ziplock kosong yang saya pikir cukup untuk menyimpan uang. Ternyata setelah di dalam lanyard itu tidak terlalu diperlukan. Setiap kali anak memasuki suatu wahana bermain peran, ia akan menerima upah. Biasanya, uang upah tersebut bisa langsung diberikan kepada orangtua untuk disimpan. Jika anak ingin membawa lanyard + kantong sendiri, sebaiknya bawa saja dari rumah.

4. Ada pembatasan usia bagi wahana tertentu.
Sebagian besar wahana yang bisa dinikmati adalah untuk anak usia 6 tahun ke atas. Jadi, menurut saya lebih enak membawa anak usia 6 tahun ke atas karena pilihan wahana yang dinikmati bisa lebih banyak.

5. Iklan... iklan.... iklan...
Hampir setiap wahana diawali dengan menonton tayangan mengenai produk yang mensponsori wahana tersebut.  Jadi, pada dasarnya anak diminta menonton iklan terlebih dahulu. Kemudian yang cukup membuat dahi saya mengernyit adalah ketika di suatu wahana teh botol, anak-anak diajak untuk berbaris keluar ruangan untuk melihat rumah hijau sambil mengucapkan yel-yel produk terus sepanjang perjalanan. Lebih mengejutkan lagi adalah apa yang terjadi sepulangnya dari Kidzania. Waktu itu, kami tidak langsung pulang tapi menuju ke sebuah supermarket. Ketika di sana saya kaget karena tiba-tiba Jova menunjuk teh botol dan bilang, "itu kan teh xxxxx, yang tadi itu ma!" Ketika lewat lorong mie instan, Jova teringat dengan mie instan yang baru dia buat di Kidzania.  Kemudian, ketika di mobil menuju pulang, Jova berceletuk, "nanti kalau beli sepatu yang mereknya xxxxx ya."
Respon saya,"loh Jova tau dari mana merek itu?" Dan Jova hanya bilang, "soalnya tadi masnya bilang begitu waktu lagi bantu ikat sepatu Jova di Kidzania."
Gleggg.....  Saya jadi berpikir, apakah mungkin itu sebabnya mengapa kegiatan dilakukan di ruang yang kedap suara, agar sang pegawai bebas mempromosikan produknya pada anak? Hmmm... mungkin juga saya salah.


Akhirnya, yang paling penting sebetulnya adalah apa yang Jova dapatkan sepulangnya dari Kidzania. Kalau mengacu pada situs Kidzania, maka tujuan yang ingin dicapai dari kunjungan anak adalah "belajar melalui pengalaman ... sebagai sarana pemberdayaan anak-anak untuk menjadikan dunia lebih baik." Sayangnya, hal yang Jova ingat dan dapatkan adalah merek produk-produk yang menjadi sponsor di Kidzania.

Saya tetap senang dan tidak menyesal mengajak Jova ke Kidzania. Namun, saya kembali diingatkan bahwa bukan tugas Kidzania untuk memberdayakan anak-anak untuk menjadikan dunia lebih baik. Melainkan tugas saya dan semua orangtua yang ingin memiliki dunia yang lebih baik.

No comments:

Post a Comment