“Aduh Bu, anaknya sopan sekali ya, kalau
si Rama ini loh gak tau sopan santun kayak Bapaknya.”
Biasanya saya tersenyum saja mendengar kalimat di atas :). Ada beberapa salah
kaprah yang umumnya dipahami banyak orang mengenai sopan santun, yaitu asumsi bahwa
tata krama / sopan santun adalah bagian dari genetik / keturunan dan bahwa
nanti anak akan mengerti dengan sendirinya kalau sudah besar.
Anak tidak terlahir memiliki tata krama atau mewariskan sopan santun
dari ayah atau ibunya. Anak-anak mempelajarinya dari orangtua yang meneladankan
dan secara menyengaja mengajarkan sopan santun kepada anak-anaknya. Bisa
dikatakan, rumah adalah sekolah di mana anak-anak mempelajari perilaku dan gaya
hidup orangtuanya.
Tata krama berbeda dari kepribadian / temperamen yang sudah menjadi karakteristik setiap anak sejak lahir. Tata krama pada dasarnya merupakan tindakan untuk menghargai orang lain serta membuat orang lain merasa dihargai dan nyaman berada di dekat kita. Apapun kepribadiannya, setiap anak dapat belajar tata krama. Tata krama merupakan ide yang berawal dari Tuhan ketika Ia memberikan peraturan emas untuk memperlakukan orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan.
Tata krama sebaiknya diajarkan sedini mungkin karena anak tidak akan tiba-tiba
menguasainya. You Can Raise
A Well-Mannered Child, menganalogikan pertumbuhan anak dengan pertumbuhan tanamanan. Ada satu pohon sycamore bengkok yang tumbuh di halaman
belakang rumahnya. Kenapa pohon tersebut tidak tumbuh tinggi dan lurus ke atas?
Ketika pohon itu masih berupa tangkai kecil ia tumbuh di samping sebuah
bangunan bahkan hampir tertimpa bangunan tersebut. Jadi, sang pohon tumbuh ke
samping untuk dapat bertahan hidup dan mencari sinar matahari. Bahkan ketika
bangunan tersebut akhirnya disingkirkan, pohon tersebut masih terus tumbuh
bengkok. Ia tidak tumbuh menjulang tinggi dan meneduhkan sekitarnya, melainkan hanya
bertahan hidup saja karena ia hanya tumbuh mengikuti pola di masa awal
hidupnya.
ketika ia dewasa. June Hines Mooore, dalam bukunya
ketika ia dewasa. June Hines Mooore, dalam bukunya
Seperti pohon yang berbuah, kadang manis atau asam, demikian juga anak.
Jika kita mengajarkan keterampilan sosial berupa tata krama (dan tentu disertai
dengan pengenalan akan Tuhan dan dirinya) maka hal ini akan menghasilkan buah-buah
karakter pada anak seperti kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan,
penguasaan diri. Karakter-karakter tersebut di atas dapat terbentuk karena
ketika anak belajar dan mempraktikkan tata krama ia sedang memupuk kebiasaan
untuk memperhatikan kebutuhan orang lain dan menempatkan diri di sepatu orang
lain. Bukankah ini obat yang mujarab untuk menangkal sifat berpusat pada diri
sendiri / egois ? :)
Lalu, apa saja tata krama yang perlu kita ajarkan pada anak? Letitia
Baldrige, dalam bukunya Manners for the '90s, mengatakan bahwa pada usia 10
tahun anak-anak seharusnya sudah menjadi manusia yang cukup dapat
bersosialisasi, sadar akan dasar-dasar tata krama, hanya kurang polesan manusia
dewasa saja. Berikut beberapa daftar tata krama yang dapat diajarkan
berdasarkan usia anak:[1]
Usia 3-4 tahun
- Mengucapkan ucapan salam dan pamit.
- Mengucapkan tolong dan terima kasih.
- Menjabat tangan.
- Berbagi dengan teman / orang lain.
Usia 4 - 5 tahun
- Mengucapkan permisi / maaf.
- Menggunakan sendok dan garpu dengan benar.
- Meminta tolong dengan sopan agar diambilkan makanan tertentu ketika
makan bersama di meja makan.
- Menggunakan serbet makan.
- Tidak berbicara dalam keadaan mulut penuh makanan.
Usia 5-6 tahun
- Berperilaku sopan di depan umum untuk periode waktu tertentu, seperti
tidak lari-larian dalam ruangan, membuat
gaduh atau berbicara dengan volume yang kencang.
Usia 6-10 tahun
- Mengucapkan permisi / maaf jika ada keperluan yang sangat penting
sehingga perlu memotong pembicaraan orang lain.
- Menunjukkan hormat kepada orang berkebutuhan khusus (kaum difable).
- Menawarkan bantuan jika dibutuhkan.
- Menunjukkan hormat kepada orang yang lebih tua (manula), seperti
mempersilahkan orang yang lebih tua untuk masuk / keluar ruangan terlebih
dahulu, berbicara dengan hormat, dan menawarkan pertolongan.
- Menahan diri dari mengucapkan komentar-komentar menyakitkan atau
penghakiman, seperti "kupingnya besar banget" atau "bajunya
jelek banget sih."
- Mengerti tata krama ketika berkunjung ke rumah orang lain.
- Merapikan tempat tidur sendiri.
- Dapat menuliskan kartu ucapan terima kasih untuk menghargai orang
lain yang sudah memberikan hadiah atau bantuan.
Usia 10-12 tahun
- Memiliki kemampuan untuk menjaga kerahasiaan, seperti tidak
membeberkan informasi keluarga yang sifatnya privat kepada orang lain.
- Merespon dengan baik jika diajak berbiacara.
- Memanggil dengan lembut jika menyampaikan ada telepon. Misalnya ada
telepon dari Bapak X yang mencari ayahnya, maka sang anak tidak serta merta
berteriak, "Yah, ada telepon!!! " melainkan jalan menghampiri sang
Ayah dan mengatakan bahwa ada telepon dari Bapak X untuk Ayah.
- Menahan diri untuk tidak menjawab dengan ketus atau berdebat kusir.
- Menghargai hak milik orang lain di rumah maupun di luar rumah.
Misalnya, jika adik ingin menggunakan barang kakak, maka sang adik harus minta
ijin terlebih dahulu.
- Menjawab telepon dengan baik.
- Menjaga kerapihan dan kebersihan kamarnya.
- Melakukan tugas rumah tangga (chores)
yang menjadi bagiannya dengan senang hati, tepat waktu, dan efisien.
- Memainkan musik dengan suara yang wajar sehingga tidak mengganggu
orang lain.
- Menghormati privasi orang lain.
- Menunggu dengan sabar gilirannya jika harus mengantri / mengantri dengan
tertib untuk segala sesuatu.
- Mengucapkan maaf / permisi jika tak sengaja menyenggol / menabrak
orang lain.
- Melayani tamu dengan baik.
- Menuliskan ucapan terima kasih untuk hadiah, kunjungan, dan kebaikan apapun yang diterima dari orang
lain.
- Memiliki kebiasaan tepat waktu.
- Menghormati pengemudi mobil ketika berkendaraan bersama / ikut dalam
kendaraan orang lain.
- Membuang sampah pada tempatnya.
- Mematuhi peraturan keselamatan dalam mengendarai sepeda, menyebrang
jalan, dll.
- Bersikap baik terhadap binatang / tidak gemar menganiaya binatang
karena binatang.
Wah, terbayang betapa indahnya Indonesia jika setiap keluarga
mengajarkan hal-hal tersebut di atas, terutama di kota besar seperti Jakarta.
Warga akan dengan tertib mengantri untuk segala hal, semua akan membuang sampah
pada tempatnya, dan setiap warga akan mematuhi peraturan berlalu lintas. Tidak
perlu iklan layanan masyarakat untuk selalu mengingatkan, karena hal-hal
tersebut sudah menjadi kebiasaan yang diajarkan sejak dini serta dicontohkan
dan dipraktikkan oleh segenap anggota keluarga. Yuk, kita jadikan Indonesia
yang lebih beradab dan nyaman untuk ditinggali dengan mengajarkan anak tata
krama sedini mungkin.
[1]
Daftar ini diterjemahkan dari buku You
Can Raise A Well-Mannered Child oleh Julie Hines Moore, dengan beberapa
tambahan dan interpretasi yang disesuaikan dengan kondisi di Indonesia.
No comments:
Post a Comment