Keluarga kami tinggal di kota Davis, tidak jauh dari Sacramento, ibukota california. Karena jarak yang tidak terlalu jauh, saya mulai memberanikan diri untuk pergi berdua Jova saja mengunjungi tempat-tempat pariwisata di Sacramento yang murah meriah, salah satunya adalah Sacramento Children’s Museum (SCM). Dalam rangka acara Artober (Art October), SCM memberikan potongan setengah harga bagi anak-anak
setiap hari Jumat. Jadi, hari Jumat
tanggal 11 October 2013 yang lalu, saya dan Jova pergi ke sana. Kami berdua
berangkat jam 8.50 dan sampai di lokasi jam 9.15. Karena museum dibuka untuk
umum tepat jam 9, jadi ketika kami tiba belum terlalu banyak pengunjung yang
datang. Horee... serasa museum milik sendiri!
Di pintu masuk
kami sudah disambut dengan patung besar yang menarik perhatian berupa maskot dan
misi SCM, yaitu:
Our Mission
To spark a passion for life-long learning.
We will accomplish our mission by providing a place where children are encouraged to think for themselves, expand their problem-solving abilities through creative exploration, and exercise both their bodies and their minds.
We will accomplish our mission by providing a place where children are encouraged to think for themselves, expand their problem-solving abilities through creative exploration, and exercise both their bodies and their minds.
|
Sambil menunggu orangtua membayar biaya masuk museum,
anak-anak sudah dapat mulai bermain. Dan karena museum ini merupakan lembaga
nirlaba yang mengandalkan donasi dari publik, maka di bagian depan museum ini
juga terdapat Donation Stasion yang menjadi simbol dari status museum
ini. Tapi tentu saja karena museum ini
untuk anak-anak maka kotak donasinya pun dibuat untuk memfasilitasi keinginan
anak untuk bermain.
|
Kesan pertama ketika masuk museum ini adalah ukurannya
yang sangat kecil tapi cukup memiliki
fungsi yang diperlukan untuk mendukung misi museum ini. Satu hal yang pasti,
museum ini cukup membuat Jova terkagum-kagum.
Di bagian pertama terdapat miniature kota , permainan block, lokasi khusus untuk
anak usia 0-2 tahun dan beberapa tempat untuk melakukan eksperimen ilmiah
sederhana.
|
Bagian kedua yang
kami kunjungi adalah bagian air yang merupakan bagian favorit Jova. Di bagian
ini anak-anak bebas bermain air dan melakukan eksperimen-eksperimen sederhana
yang berkenaan dengan air.Meskipun disediakan mantel pelindung tapi baju Jova
tetap basah, maklum terlalu semangat, jadi bersyukur karena selalu bawa baju
ganti ekstra untuk Jova ke manapun kami pergi.
Setelah
menghabiskan waktu cukup lama di bagian air, akhirnya beranjak juga dari sana
karena Jova sudah mulai kedinginan hoho.. Setelah ke toilet untuk berganti
baju, kami menuju ke bagian museum yang berikutnya. Bagian ini mengajak anak
untuk menjelajahi tempat-tempat yang biasa kita temui di lingkungan tempat
tinggal kita, seperti miniatur rumah, toko kelontong, dan kantor pos.
Bagian terakhir yang kami kunjungi adalah pojok karir alias “What
Do You Want To Be When You Grow Up” corner. Di sini terdapat baju-baju
dari berbagai profesi yang dapat dicoba oleh anak-anak.
SCM juga mengadakan berbagai kegiatan di dalamnya, seperti story
time, music & movement, cultural connection, dll.
Satu hal yang menarik, SCM ini berdiri atas visi seorang ibu
yang bernama Kathleen Palley, yang melihat adanya kebutuhan untuk menginspirasi
pembelajaran melalui kegiatan interaktif. Kemudian berdirilah SCM sebagai
korporasi nirlaba pada tahun 2005 dan akhirnya dibuka bagi masyarakat umum di
tahun 2011.
Ketika membaca ini, sebagian teman-teman yang tinggal di Jakarta pasti akan
mengatakan, “yah, bagusan juga kidzania kali..” Mungkin benar, tapi bukan
bangunan fisik saja yang mau saya soroti tapi status dan cerita dibalik
berdirinya sebuah Children’s Museum. Museum untuk anak ini berada hampir di setiap State
di Amerika dan masyarakat umum dapat menggagas sendiri keberadaan museum
ini di kotanya, seperti yang dilakukan
oleh ibu Kathleen Palley yang saya sebutkan di atas. Beda dengan Kidzania yang
merupakan perusahaan waralaba yang bergerak untuk mendapatkan keuntungan,
museum anak ini merupakan organisasi nirlaba yang dimiliki dan dikelola oleh
masyarakat. Hal ini membuat museum anak ini dapat lebih mudah diakses oleh
anak-anak dari berbagai latar belakang ekonomi dan tidak hanya anak-anak orang
kaya.
Museum anak di Amerika ini berdiri di bawah naungan Asociation of Children’s Museum (ACM). Anggota masyarakat dapat menghubungi ACM untuk
menanyakan bagaimana caranya untuk mendirikan museum anak di kotanya karena ACM
ini sudah memiliki panduan dan pelatihan untuk mendirikan museum anak.
Saya melihat ada beberapa manfaat jika sebuah kota memiliki museum
anak. Pertama, keberadaan museum anak di
sebuah kota dapat membantu status kota tersebut menuju kota
yang ramah anak. Kota yang ramah anak adalah kota yang menyediakan banyak sarana dan prasarana yang
aman dan nyaman untuk beraktivitas bagi anak. Bukankah kota
yang ramah terhadap anak juga adalah kota yang ramah bagi
semua :). Kedua, di tengah maraknya
media elektronik yang menyita sebagian besar waktu anak-anak Indonesia , ada baiknya anak-anak
kembali menghabiskan waktunya dengan bermain dan belajar melalui eksplorasi
langsung. Dengan demikian, anak memiliki kesempatan untuk berimajinasi dan berinteraksi
langsung dengan lingkungannya. Sudah banyak penelitian yang mengatakan bahwa
meminimalisir penggunaan elektronik dapat menunjang pertumbuhan dan kesehatan
otak anak. Ketiga, museum anak menyediakan
wadah bagi masyarakat yang peduli terhadap pendidikan anak untuk berkontribusi
dan meninggalkan warisan yang berharga bagi orang lain. Warisan yang akan terus
bermanfaat bahkan setelah mereka menyelesaikan tugasnya di bumi.
Jadi bagaimana, ada yang tertarik untuk mendirikan museum
anak di kota masing-masing?
No comments:
Post a Comment