Potty training… hmmm… terbayang tinggal tanpa ART dan harus memulai proses ini. Bersyukur, setelah dimulai ternyata prosesnya tidak serumit yang dibayangkan.
Saya memulai proses ini
dua minggu sebelum Jova berulang tahun yang kedua. Ketika itu suami sedang
persiapan untuk ujian besar, sehingga perjuangan ini saya lakukan berdua saja
dengan Jova. Jadi, jangan khawatir ya para orangtua yang sedang merantau, you
can do it! Berikut beberapa tips praktis yang saya lakukan.
Alat
yang Dibutuhkan
- Pispot
- Timer
- Alat dan cairan
pembersih lantai
- Kesabaran dan kasih
yang besar.
Di
Rumah
- Luangkan waktu
kira-kira 3 hari - seminggu yang bisa secara khusus melatih anak di rumah.
Gunakan pispot yang diletakkan di ruang tengah / ruang manapun tempat anak
paling sering berada.
- Biarkan anak
beraktivitas dengan tidak menggunakan celana atau celana tipis saja. Saya
katakan pada Jova, kalau pee dan poo di sini ya. Setelah itu tanyakan kembali
kepada anak dimana tempat pee dan poo, dan minta
anak untuk tunjuk di mana tempatnya.
- Setelah itu berikan
air putih yang banyak dan sering agar ada banyak kesempatan untuk
latihan.
- Pasang timer,
setiap 30 menit coba dudukkan di pispotnya agar anak bisa pee dan poo di
sana, kemudian semakin lama jangka waktunya ditingkatkan. Setelah anak duduk di
atas pispot, pasang lagi timer selama 2-5 menit, sambil bilang, "tunggu
bel bunyi baru boleh bangun ya.." Setelah bel berbunyi dan ternyata anak
tidak pee atau poo, biarkan anak berdiri dan
bermain lagi, tidak perlu dipaksakan.
- Jika anak pee di
lantai, langsung angkat menuju pispot untuk selesaikan pee nya
di pispot. Kasih tatapan tegas untuk bilang, "No, nak.. Pee
on Potty! Dimana?" (sekali lagi minta anak tunjukkan tempat
seharusnya di mana).
- Kalau anak berhasil
bilang sebelum pee / saya berhasil membaca gelagat dan
akhirnya sukses pee on potty, kasih pujian dan pelukan
yang wajar saja tidak perlu terlalu berlebihan karena ketika semakin
orangtua berjingkrak-jingkrak sang anak akan berpikir, “wah sepertinya penting
sekali nih untuk orangtua saya.” Hal ini akan membuka kesempatan bagi anak
untuk menjadikan potty training ini sebagai tempat perebutan
kekuasaan (power struggle).
- Kelak ketika telah
berhasil pee di pispot yang diletakkan di ruang bermainnya,
pindahkan pispot secara berangsur semakin lama semakin dekat ke kamar mandi
sampai akhirnya anak bisa pee di toilet kamar mandi.
- Prinsip utama yang
harus dipegang adalah, sekali melepas diaper maka seterusnya
harus dilepas, tidak perlu dipakai lagi kecuali untuk tidur.
- Saya juga tidak
pernah menggunakan sistem reward / hadiah, seperti coklat atau
permen, untuk memotivasi anak agar mau pee on potty karena
menurut saya hadiah yang akan anak dapat adalah keterampilan menggunakan potty yang
akan dia dapatkan nanti :) Hadiah dalam bentuk lain yang saya berikan adalah
setiap kali Jova berhasil pee on potty, kami berdua
menghubungi papanya untuk sama-sama melaporkan setiap keberhasilannya. Setiap
kali kami melakukan hal ini Jova terlihat bangga sekali, dan hal ini cukup
menjadi hadiah bagi Jova.
Di
Luar Rumah
- Setiap kali pergi
keluar rumah, orangtua sebaiknya berikan instruksi pada anak untuk pee dulu,
tidak perlu ditanya mau pee atau tidak tapi langsung katakan, "nak, pee
dulu baru kita jalan." Kemudian secara berkala ke kamar mandi umum untuk
ajak dia pee / poo.
- Jika keluar rumah
dengan menggunakan mobil, biasanya saya letakkan pispot di dalam mobil. Sebelum
turun, instruksikan anak untuk duduk di atas pispot untuk pee/poo dulu. Jika
dalam 2-5 menit tidak ada yang keluar, maka tidak perlu dipaksakan. Secara
berkala bawa anak ke toilet umum untuk pee. Perlu diingat, terkadang anak
merasa tidak nyaman untuk melakukannya di toilet umum. Untuk mengantisipasi hal
ini telebih dahulu gambarkan pada anak sebelum pergi bahwa ia akan pee di
tempat orang besar, langkah berikutnya adalah dengan sering membawa anak
melihat toilet umum sebelumnya agar anak tidak merasa asing.
- Jika keluar rumah
dengan menggunakan sepeda / stroller dan ketika pergi menonton
bioskop misalnya, jangan lupa membawa semacam alas duduk. Sehingga jika terjadi
“kecelakaan,” setidaknya alas tersebut dapat sedikit mengurangi dampaknya J.
- Sama dengan di rumah,
ketika keluar rumah orangtua perlu menetapkan waktu secara berkala, misalnya 30
menit / 1 jam sekali ke toilet tanpa perlu menanyakan apakah sang anak ingin
pee atau tidak. Arahkan anak ke toilet anak sambil katakan bahwa sudah saatnya
kita ke toilet. Kelak, ketika anak telah lebih menguasai keterampilan ini, maka
orangtua tidak perlu membawa secara berkala dan sudah dapat mulai bertanya pada
anak apakah ia ingin ke toilet.
- Jangan lupa untuk
selalu menyediakan celana dan baju ekstra kemana pun Anda pergi.
“Kecelakaan” pasti akan
ada. Ketika itu terjadi, terutama di tempat umum, kemampuan orangtua untuk
tetap tenang di tengah situasi yang tidak nyaman akan diuji. Orangtua dapat
mengkoreksi dengan tegas namun penuh kasih atau bertindak kasar karena malu
akan pendapat orang lain. Pilihan reaksi tersebut akan menentukan kesuksesan potty
training ini secara keseluruhan.
Potty
training merupakan proses
belajar yang alami seperti halnya mengajarkan anak untuk makan dengan
menggunakan sendok dan garpu. Seiring waktu anak akan menguasainya. Semakin
orangtua tenang dan santai, namun tetap gigih tentunya, maka anak pun akan
melihat proses ini sebagai sesuatu yang wajar pula.
Selamat melatih dan
menikmati proses belajar ini.
No comments:
Post a Comment