Friday, September 13, 2013

Pendidikan Meja Makan


Sambil menyiapkan makanan untuk Dika, anak semata wayangnya, Rara mengulang instruksi pemberian makan ke mbak Siti, “mbak, jangan lupa ya yang saya bilang tadi.. Itu catatan kalo lupa ya,  usahain supaya dimakan sayurnya ya mbak.’’ Setelah itu Rara mencium Dika dan bergegas berangkat ke kantor. Di mobil, Rara mengeluh pada Andi, suaminya, kalau Dika sepertinya semakin kurus dan kalau weekend gak mau disuapin Rara atau Andi, maunya sama mbak Siti. Dika juga gak bisa diam kalau makan dan maunya sambil main. Gimana ya?



Dilema di atas cukup banyak dialami keluarga muda yang suami dan istrinya sama-sama bekerja. Sang bunda biasanya mencoba menyiapkan makanan sebagai usaha memberikan yang terbaik untuk anak tercinta. Sementara proses pemberian makannya didelegasikan kepada asisten rumah tangga. Pertanyaannya, apakah itu cukup?

Sebenarnya banyak sekali manfaat yang dapat diperoleh dalam proses memberi makan pada anak, tidak hanya sekedar memasukan makanan ke dalam mulutnya. Berikut lima manfaat yang dapat diperoleh anak dan keluarga dari proses makan bersama.

1. Mengajarkan sopan santun dan tata krama.
Di atas, Rara mengeluhkan kalau Dika tidak mau diam ketika makan dan maunya sambil main. Hal ini bisa dilatih dengan mengajarkan anak untuk selalu makan di meja makan. Manusia adalah mahluk kebiasaan, jadi jika diterapkan secara konsisten dan kontinu, anak akan belajar bahwa makan di meja makan adalah norma yang berlaku di rumahnya.

Lebih jauh lagi anak juga dapat terus dilatih sopan santun dan tata kramanya. Setiap kali diambilkan sesuatu, anak diajar untuk bilang terima kasih, atau bilang tolong jika minta sesuatu. Tata krama lain seperti mengunyah dengan mulut tertutup, bilang maaf jika bersendawa, makan dengan rapi, bicara dengan intonasi lembut, dll, dapat terus diajarkan pada anak sehingga menjadi suatu kebiasaan. Hal ini tentu akan memudahkan orangtua jika ingin mengajak anaknya makan di restoran atau ketika diundang makan di rumah atasan (hiii… deg-degan hehehe..), misalnya. Anda tidak perlu meminta babysitter untuk mengejar-ngejar dan menyuapi anak anda, cukup sang ibu atau ayah menaruh anak untuk duduk di meja makan, menaruh makanan didepannya, dan anak akan makan sendiri. Semua berlangsung biasa seperti di rumah, tidak ada yang istimewa.

2. Mengajarkan kemandirian dan keterampilan hidup.
Waktu makan bersama dapat digunakan untuk mengajarkan berbagai keterampilan hidup pada anak, tidak hanya ketika makan tapi sebelum dan sesudahnya. Sebelum makan, anak dapat diajar untuk bantu memasak dan menata meja makan; ketika makan, anak dapat diajarkan untuk makan sendiri sedini mungkin, bagaimana menggunakan sendok – garpu, bagaimana mengupas buah, dll; setelah makan, anak dapat diajar untuk mencuci piring dan membereskan meja makan.

3. Mengajarkan berbagai konsep dan menambah kosa kata anak.
Salah satu kunci meningkatkan kosa kata anak dan pemahaman berbagai konsep, seperti bentuk dan warna, adalah dengan sering mengajaknya bercakap-cakap. Salah satu cara untuk melakukan ini di meja makan adalah dengan tidak menyuapkan makanan langsung ke dalam mulut anak, tapi menaruh di meja didepannya supaya dia bisa menyuapkannya sendiri ke mulutnya. Taruh dua potong makanan yang berbeda ukuran, misalnya besar dan kecil, kemudian tanya pada anak mana yang lebih besar lalu meminta anak memilih mana yang mau dimakan terlebih dulu. Bisa juga tanya pada anak apa warna wortel ini atau apa bentuk potongan roti di meja. Selain dalam bentuk pertanyaan, bisa juga langsung ajarkan pada anak nama-nama makanan yang ada di mejanya, “ini namanya buncis, warnanya hijau.” Kemudian meminta anak untuk mengulang kata atau konsep yang baru anda ajarkan.

4. Membangun kedekatan emosi dengan anak.
Semakin anak besar dan dapat bercakap-cakap, pembicaraan keluarga di meja makan akan menjadi salah satu sarana membangun kedekatan emosi antar anggota keluarga. Masing-masing anggota keluarga dapat bercerita tentang harinya, apa yang mereka syukuri dan apa yang menjadi kekhawatiran mereka. Meja makan dapat menjadi tempat berkumpul dan sumber hangatnya rumah keluarga Anda. Dalam kasus di atas, tidak heran jika Dika lebih memiih makan dengan pengasuhnya daripada dengan Rara dan Andi. Di mata Dika, mbak Siti lah ibunya, kedekatan emosi yang dibangun adalah dengan sang pengasuh yang selalu ada untuknya.


5. Memperhatikan jumlah asupan dan nutrisi.
Siapa yang peduli apakah nutrisi anak kita cukup atau tidak? Ya kita orangtuanya. Sebaik-baiknya ART, tidak akan sepeduli orangtuanya dalam memastikan kecukupan gizi sang anak. Kecuali jika anda memiliki cctv di rumah yang memantau gerak-gerik anak dan pengasuhnya sepanjang hari, tidak ada cara akurat dalam memastikan semua makanan yang sudah anda siapkan di pagi hari benar-benar di makan anak atau tidak.

Wah, ternyata banyak sekali pendidikan yang dapat diajarkan pada anak hanya melalui proses makan. Semua ini tidak mungkin terjadi jika proses pemberian makan didelegasikan kepada orang lain. Hanya ayah dan ibu yang punya kewajiban dan kasih sayang untuk menggunakan proses makan ini sebagai sarana untuk memastikan pertumbuhan optimal fisik dan juga karakternya.










No comments:

Post a Comment