Monday, August 26, 2013

Pendidikan Tepat Sasaran

Setelah Jova lahir, saya langsung melakukan mother and son talk yang kira-kira berlangsung seperti ini, "Nak, kamu gak bisa milih orangtua kamu, jadi kamu stuck sama mama dan papa ya... semoga kelak kamu merasa beruntung memiliki kami sebagai orangtua kamu.." Sambil bicara begitu, saya berpikir-pikir tentang apa yang menjadikan seorang anak beruntung.





Kemudian, lamaa setelah keluar dari rumah sakit, saya belajar bahwasanya anak yang paling beruntung adalah anak yang dibesarkan oleh orangtua yang memiliki tujuan dalam mendidik dan membesarkan anak-anaknya. Hidupnya akan diarahkan seperti anak panah yang dibidik untuk melesat ke arah sasaran yang telah ditentukan.


Seperti apa wujud sasaran yang dituju? Menyiapkan anak untuk posisi dan pekerjaan tertentu seperti dokter , pengacara, presiden, atau apa pun yang penting  jadi orang  terpandang? Atau dengan berbagai  skill yang bisa membuat dia kaya dan sukses? Bukan seperti itu sasaran yang saya maksud. Setiap orangtua memiliki kemampuan yang terbatas untuk meramal skill apa yang akan berguna membuat anak sukses 20 tahun yang akan datang, jenis pekerjaan pun akan terus mengalami perubahan seperti yang tertulis di artikel ini. Lagipula, setiap anak itu unik dan memiliki potensi yang sudah Tuhan berikan sejak lahir, tugas orangtua hanyalah membantu agar anak menghidupi potensi optimal pemberian Tuhan ini dan bukan memaksakan agar anak menjalani profesi tertentu yang tidak  seusai dengan  potensinya hanya karena orangtua ingin anak “sukses.”

Jadi sasaran seperti apa yang saya maksud? Sasaran yang merupakan kunci keberhasilan manusia sejak ribuan tahun dan tidak akan terpengaruh oleh apa yang sedang trend di jamannya, yaitu kualitas karakter. Orangtua akan sangat terbantu jika bersama-sama bersepakat menuliskan, kira-kira anak saya di usia 30 tahun akan menjadi pribadi dengan kualitas karakter seperti apa? Saya dan suami sama-sama menyepakati hal ini dan sebagai akibatnya mempengaruhi berbagai keputusan seperti pola pengasuhan yang kami pilih dan apakah saya akan menjadi SAHM atau tetap bekerja di luar rumah. Kami mengacu pada definisi  anak seutuhnya yang tertulis di sini untuk menyusun lima poin kualitas karakter yang kami ingin anak kami miliki. Nah, berikut lima kualitas karakter tersebut:
  1. Mengenal dan mengasihi Tuhannya.
  2. Menghargai sesamanya manusia dengan cara tahu berterima kasih dan memperlakukan orang lain sebagaimana ia ingin diperlakukan.
  3. Memahami keberagaman sebagai anugerah dan aset.
  4. Mampu berpikir mandiri serta dapat  mengkomunikasikan pemikiran, kesetujuan dan ketidaksetujuannya dengan jelas dan santun.
  5. Menghargai nilai kerja keras serta memiliki mentalitas kontribusi sehingga bisa berguna bagi sesama.

Jika orangtua memiliki cetak biru kualitas karakter ini, maka:

  • Anak akan menerima didikan yang konsisten dan terarah yang kelak akan membuat hidupnya menjadi produktif dan bermakna. Kualitas karakter yang dimilikinya akan menjadi landasan baginya untuk menghidupi potensi pemberian Tuhan secara optimal. 
  • Orangtua tidak mudah terombang ambing ketika dihadapkan dengan berbagai pilihan meneruskan tradisi orangtua atau memilih dari berbagai mahzab parenting yang beredar. Pilihan tidak dibuat hanya karena alasan dari dulu sudah begitu atau metode parenting itu baru / sedang trend di luar negeri, tetapi semua di analisa dengan baik dengan mengacu pada cetak biru ini. Pertanyaan seperti, “kalau metode ini diterapkan, akan tercapai gak ya kualitas karakter yang kami inginkan?” selalu ditanyakan agar anak dapat didik dengan tepat sasaran. 


Harapan saya, dengan memiliki cetak biru kualitas karakter ini mudah-mudahan anak-anak Anda dan saya dapat menjadi anak-anak yang beruntung karena memiliki kita sebagai orangtuanya. Begitu juga negara di mana kita tinggal akan menjadi negara yang beruntung karena anak-anak dengan kualitas karakter yang baik ini kelak akan menjadi pemimpin dan warga negara yang berkontribusi bagi komunitas dan bangsanya.


No comments:

Post a Comment