Sunday, November 24, 2013

Jalan-jalan ke Museum Anak

Keluarga kami tinggal di kota Davis, tidak jauh dari Sacramento, ibukota california. Karena jarak yang tidak terlalu jauh, saya mulai memberanikan diri untuk pergi berdua Jova saja mengunjungi tempat-tempat pariwisata di Sacramento yang murah meriah, salah satunya adalah Sacramento Children’s Museum (SCM).  Dalam rangka acara Artober (Art October), SCM memberikan potongan setengah harga bagi anak-anak setiap hari Jumat. Jadi, hari Jumat tanggal 11 October 2013 yang lalu, saya dan Jova pergi ke sana. Kami berdua berangkat jam 8.50 dan sampai di lokasi jam 9.15. Karena museum dibuka untuk umum tepat jam 9, jadi ketika kami tiba belum terlalu banyak pengunjung yang datang. Horee... serasa museum milik sendiri!


Di pintu masuk kami sudah disambut dengan patung besar yang menarik perhatian berupa maskot dan misi SCM, yaitu:

Our Mission
To spark a passion for life-long learning.

We will accomplish our mission by providing a place where children are encouraged to think for themselves, expand their problem-solving abilities through creative exploration, and exercise both their bodies and their minds.





Sambil menunggu orangtua membayar biaya masuk museum, anak-anak sudah dapat mulai bermain. Dan karena museum ini merupakan lembaga nirlaba yang mengandalkan donasi dari publik, maka di bagian depan museum ini juga terdapat Donation Stasion yang menjadi simbol dari status museum ini. Tapi tentu saja  karena museum ini untuk anak-anak maka kotak donasinya pun dibuat untuk memfasilitasi keinginan anak untuk bermain.


 
Kesan pertama ketika masuk museum ini adalah ukurannya yang  sangat kecil tapi cukup memiliki fungsi yang diperlukan untuk mendukung misi museum ini. Satu hal yang pasti, museum ini cukup membuat Jova terkagum-kagum.

Di bagian pertama terdapat miniature kota, permainan block, lokasi khusus untuk anak usia 0-2 tahun dan beberapa tempat untuk melakukan eksperimen ilmiah sederhana.


 
Bagian kedua yang kami kunjungi adalah bagian air yang merupakan bagian favorit Jova. Di bagian ini anak-anak bebas bermain air dan melakukan eksperimen-eksperimen sederhana yang berkenaan dengan air.Meskipun disediakan mantel pelindung tapi baju Jova tetap basah, maklum terlalu semangat, jadi bersyukur karena selalu bawa baju ganti ekstra untuk Jova ke manapun kami pergi.




Setelah menghabiskan waktu cukup lama di bagian air, akhirnya beranjak juga dari sana karena Jova sudah mulai kedinginan hoho.. Setelah ke toilet untuk berganti baju, kami menuju ke bagian museum yang berikutnya. Bagian ini mengajak anak untuk menjelajahi tempat-tempat yang biasa kita temui di lingkungan tempat tinggal kita, seperti miniatur rumah, toko kelontong, dan kantor pos.






Bagian terakhir yang kami kunjungi adalah pojok karir alias “What Do You Want To Be When You Grow Up” corner. Di sini terdapat baju-baju dari berbagai profesi yang dapat dicoba oleh anak-anak.



   
SCM juga mengadakan berbagai kegiatan di dalamnya, seperti story time, music & movement, cultural connection, dll. 

Satu hal yang menarik, SCM ini berdiri atas visi seorang ibu yang bernama Kathleen Palley, yang melihat adanya kebutuhan untuk menginspirasi pembelajaran melalui kegiatan interaktif. Kemudian berdirilah SCM sebagai korporasi nirlaba pada tahun 2005 dan akhirnya dibuka bagi masyarakat umum di tahun 2011.

Ketika membaca ini, sebagian teman-teman yang tinggal di Jakarta pasti akan mengatakan, “yah, bagusan juga kidzania kali..” Mungkin benar, tapi bukan bangunan fisik saja yang mau saya soroti tapi status dan cerita dibalik berdirinya sebuah Children’s Museum. Museum untuk anak ini berada hampir di setiap State di Amerika dan masyarakat umum dapat menggagas sendiri keberadaan museum ini  di kotanya, seperti yang dilakukan oleh ibu Kathleen Palley yang saya sebutkan di atas. Beda dengan Kidzania yang merupakan perusahaan waralaba yang bergerak untuk mendapatkan keuntungan, museum anak ini merupakan organisasi nirlaba yang dimiliki dan dikelola oleh masyarakat. Hal ini membuat museum anak ini dapat lebih mudah diakses oleh anak-anak dari berbagai latar belakang ekonomi dan tidak hanya anak-anak orang kaya.

Museum anak di Amerika ini berdiri di bawah naungan Asociation of Children’s Museum (ACM). Anggota masyarakat dapat menghubungi ACM untuk menanyakan bagaimana caranya untuk mendirikan museum anak di kotanya karena ACM ini sudah memiliki panduan dan pelatihan untuk mendirikan museum anak.

Saya melihat ada beberapa manfaat jika sebuah kota memiliki museum anak. Pertama, keberadaan museum anak di sebuah kota dapat membantu status kota tersebut menuju kota yang ramah anak. Kota yang ramah anak adalah kota yang menyediakan banyak sarana dan prasarana yang aman dan nyaman untuk beraktivitas bagi anak. Bukankah kota yang ramah terhadap anak  juga adalah kota yang ramah bagi semua :). Kedua, di tengah maraknya media elektronik yang menyita sebagian besar waktu anak-anak Indonesia, ada baiknya anak-anak kembali menghabiskan waktunya dengan bermain dan belajar melalui eksplorasi langsung. Dengan demikian, anak memiliki kesempatan untuk berimajinasi dan berinteraksi langsung dengan lingkungannya. Sudah banyak penelitian yang mengatakan bahwa meminimalisir penggunaan elektronik dapat menunjang pertumbuhan dan kesehatan otak anak. Ketiga, museum anak menyediakan wadah bagi masyarakat yang peduli terhadap pendidikan anak untuk berkontribusi dan meninggalkan warisan yang berharga bagi orang lain. Warisan yang akan terus bermanfaat bahkan setelah mereka menyelesaikan tugasnya di bumi.


Jadi bagaimana, ada yang tertarik untuk mendirikan museum anak di kota masing-masing?

No comments:

Post a Comment