Saturday, December 7, 2013

Potty Training




Potty training… hmmm… terbayang tinggal tanpa ART dan harus memulai proses ini. Bersyukur, setelah dimulai ternyata prosesnya tidak serumit yang dibayangkan.

Saya memulai proses ini dua minggu sebelum Jova berulang tahun yang kedua. Ketika itu suami sedang persiapan untuk ujian besar, sehingga perjuangan ini saya lakukan berdua saja dengan Jova. Jadi, jangan khawatir ya para orangtua yang sedang merantau, you can do it! Berikut beberapa tips praktis yang saya lakukan.

Alat yang Dibutuhkan
- Pispot
- Timer
- Alat dan cairan pembersih lantai
- Kesabaran dan kasih yang besar.


Di Rumah
- Luangkan waktu kira-kira 3 hari - seminggu yang bisa secara khusus melatih anak di rumah. Gunakan pispot yang diletakkan di ruang tengah / ruang manapun tempat anak paling sering berada. 
- Biarkan anak beraktivitas dengan tidak menggunakan celana atau celana tipis saja. Saya katakan pada Jova, kalau pee dan poo di sini ya. Setelah itu tanyakan kembali kepada anak dimana tempat pee dan poo, dan minta anak untuk tunjuk di mana tempatnya. 
- Setelah itu berikan air putih yang banyak dan sering agar ada banyak kesempatan untuk latihan. 
- Pasang timer, setiap 30 menit coba dudukkan di pispotnya agar anak bisa pee dan poo di sana, kemudian semakin lama jangka waktunya ditingkatkan. Setelah anak duduk di atas pispot, pasang lagi timer selama 2-5 menit, sambil bilang, "tunggu bel bunyi baru boleh bangun ya.." Setelah bel berbunyi dan ternyata anak tidak pee atau poo, biarkan anak berdiri dan bermain lagi, tidak perlu dipaksakan.
- Jika anak pee di lantai, langsung angkat menuju pispot untuk selesaikan pee nya di pispot. Kasih tatapan tegas untuk bilang, "No, nak.. Pee on Potty! Dimana?" (sekali lagi minta anak tunjukkan tempat seharusnya di mana). 
- Kalau anak berhasil bilang sebelum pee / saya berhasil membaca gelagat dan akhirnya sukses pee on potty, kasih pujian dan pelukan  yang wajar saja tidak perlu terlalu berlebihan karena ketika semakin orangtua berjingkrak-jingkrak sang anak akan berpikir, “wah sepertinya penting sekali nih untuk orangtua saya.” Hal ini akan membuka kesempatan bagi anak untuk menjadikan potty training ini sebagai tempat perebutan kekuasaan (power struggle). 
- Kelak ketika telah berhasil pee di pispot yang diletakkan di ruang bermainnya, pindahkan pispot secara berangsur semakin lama semakin dekat ke kamar mandi sampai akhirnya anak bisa pee di toilet kamar mandi. 
- Prinsip utama yang harus dipegang adalah, sekali melepas diaper maka seterusnya harus dilepas, tidak perlu dipakai lagi kecuali untuk tidur. 
- Saya juga tidak pernah menggunakan sistem reward / hadiah, seperti coklat atau permen, untuk memotivasi anak agar mau pee on potty karena menurut saya hadiah yang akan anak dapat adalah keterampilan menggunakan potty yang akan dia dapatkan nanti :) Hadiah dalam bentuk lain yang saya berikan adalah setiap kali Jova berhasil pee on potty, kami berdua menghubungi papanya untuk sama-sama melaporkan setiap keberhasilannya. Setiap kali kami melakukan hal ini Jova terlihat bangga sekali, dan hal ini cukup menjadi hadiah bagi Jova.


Di Luar Rumah
- Setiap kali pergi keluar rumah, orangtua sebaiknya berikan instruksi pada anak untuk pee dulu, tidak perlu ditanya mau pee atau tidak tapi langsung katakan, "nak, pee dulu baru kita jalan." Kemudian secara berkala ke kamar mandi umum untuk ajak dia pee / poo.
- Jika keluar rumah dengan menggunakan mobil, biasanya saya letakkan pispot di dalam mobil. Sebelum turun, instruksikan anak untuk duduk di atas pispot untuk pee/poo dulu. Jika dalam 2-5 menit tidak ada yang keluar, maka tidak perlu dipaksakan. Secara berkala bawa anak ke toilet umum untuk pee. Perlu diingat, terkadang anak merasa tidak nyaman untuk melakukannya di toilet umum. Untuk mengantisipasi hal ini telebih dahulu gambarkan pada anak sebelum pergi bahwa ia akan pee di tempat orang besar, langkah berikutnya adalah dengan sering membawa anak melihat toilet umum sebelumnya agar anak tidak merasa asing.
- Jika keluar rumah dengan menggunakan sepeda / stroller dan ketika pergi menonton bioskop misalnya, jangan lupa membawa semacam alas duduk. Sehingga jika terjadi “kecelakaan,” setidaknya alas tersebut dapat sedikit mengurangi dampaknya J.
- Sama dengan di rumah, ketika keluar rumah orangtua perlu menetapkan waktu secara berkala, misalnya 30 menit / 1 jam sekali ke toilet tanpa perlu menanyakan apakah sang anak ingin pee atau tidak. Arahkan anak ke toilet anak sambil katakan bahwa sudah saatnya kita ke toilet. Kelak, ketika anak telah lebih menguasai keterampilan ini, maka orangtua tidak perlu membawa secara berkala dan sudah dapat mulai bertanya pada anak apakah ia ingin ke toilet.
- Jangan lupa untuk selalu menyediakan celana dan baju ekstra kemana pun Anda pergi.

“Kecelakaan” pasti akan ada. Ketika itu terjadi, terutama di tempat umum, kemampuan orangtua untuk tetap tenang di tengah situasi yang tidak nyaman akan diuji. Orangtua dapat mengkoreksi dengan tegas namun penuh kasih atau bertindak kasar karena malu akan pendapat orang lain. Pilihan reaksi tersebut akan menentukan kesuksesan potty training ini secara keseluruhan.

Potty training merupakan proses belajar yang alami seperti halnya mengajarkan anak untuk makan dengan menggunakan sendok dan garpu. Seiring waktu anak akan menguasainya. Semakin orangtua tenang dan santai, namun tetap gigih tentunya, maka anak pun akan melihat proses ini sebagai sesuatu yang wajar pula.

Selamat melatih dan menikmati proses belajar ini.






No comments:

Post a Comment