Tuesday, July 8, 2014

6 Cara Menjadi Ayah yang Baik

Saya masih ingat adegan ketika orangtua saya bertengkar hebat untuk terakhir kalinya dan berpisah ketika saya berumur 11 tahun. Setelah pergi meninggalkan rumah saat saya masih di sekolah, papa saya hampir tidak pernah datang dan mengunjungi saya adik saya. Seharusnya saya tidak perlu heran, karena ketika masih di rumah pun papa jarang terlibat mengurus dan mendidik anak-anaknya. Bahkan, ketika saya lahir papa kecewa karena saya adalah perempuan, bukan anak laki-laki yang ia idamkan. Seumur hidup, saya tidak pernah merasakan apa rasanya disayang seorang ayah.


Penolakan ini menorehkan luka yang dalam dan mejadikan saya pribadi yang insecure dan sensitif sehingga seringkali membutuhkan konfirmasi orang lain untuk membuat saya merasa berharga. Bersyukur hari demi hari Tuhan menyembuhkan luka hati saya dan Tuhan anugerahkan saya suami yang baik yang membantu saya melihat bahwa luka saya dapat Tuhan gunakan untuk menolong orang lain yang mengalami hal yang sama.

Nah, tulisan ini lahir dari keinginan saya untuk membantu para ayah agar menjadi ayah yang terbaik bagi anak-anaknya sehingga mereka dapat tumbuh optimal dan tidak mengalami apa yang saya alami. Oleh karena itu, saya ingin berbagi kepada para Ayah 6 tips menjadi Ayah yang lebih baik yang saya sarikan dari buku Family Building karya John Rosemond.

1. Temukan setidaknya satu aktivitas yang dapat Anda nikmati bersama anak, seperti berenang, naik sepeda, bahkan hanya jalan kaki bareng di sekitar kompleks. Usahakan pilih aktivitas yang memungkinkan untuk berbicara dan berinteraksi, bukan sekedar nonton ke bioskop terus pulang. Jika Anda sudah menemukannya maka jadikanlah suatu ritunitas berkala bersama anak.

2. Bantu anak Anda temukan hobi, dan jika anak Anda menemukan ketertarikan di kegiatan tertentu, tunjukkan dukungan Anda. Tentu dorong Anak temukan hobi yang bertanggung jawab dan sesuai dengan kemampuan finansial keluarga. Hobi murah meriah ini misalnya, menulis, olahraga, dan bermain musik. Jika hobi anak kebetulan membutuhkan pembelian instrumen, libatkan anak dalam pembeliannya, seperti meminta anak menabung agar dapat membeli instrumen tersebut.

3. Semakin anak beranjak dewasa, sesuaikan peran Anda dari pendisiplin menjadi mentor. Terutama ketika anak  menginjak remaja, Anda secara bertahap melakukan transisi hubungan dari Orangtua-Anak menjadi hubungan antar orang dewasa.

4. Berkomunikasilah. Kerap sampaikan kepada anak bahwa Anda selalu siap sedia untuk diajak bicara mengenai berbagai hal. Luangkan waktu untuk mengajak anak remaja Anda membicarakan masa depan. Dengan melakukan berbagai hal di poin ini, Anda sedang membantu anak Anda mengklarifikasi dan membangun nilai-nilai hidup positif yang sifatnya permanen.

5. Cintai ibu anak-anak Anda dengan segenap hati. Tunjukkan pada anak Anda, tidak hanya cara menjadi ayah yang baik, tapi juga bagaimana menjadi suami yang baik. Hal ini juga akan memberikan rasa aman pada anak bahwa hubungan kedua orangtuanya solid.

6. Ingat selalu bahwa anak Anda tidak pernah terlalu tua untuk mendapatkan pelukan dan mendengar kata "ayah sayang kamu," dari ayahnya.


Memang banyak anggapan bahwa tugas utama ayah adalah mencukupi kebutuhan ekonomi. Tapi percayalah sebesar apapun penghasilan dan materi yang Anda limpahkan bagi anak-anak Anda, tanpa keterlibatan dan kasih Anda dalam hidup mereka, anak-anak Anda akan selalu menjadi anak-anak yang miskin.



“The most terrible poverty is loneliness, and the feeling of being unloved.” 
― Mother Teresa








No comments:

Post a Comment