Wednesday, February 5, 2014

Tips Mendidik Anak agar Mendengar dan Mematuhi Instruksi - part 2

Selain blanket time ada beberapa cara lain yang dapat digunakan untuk mendidik anak agar mengerti dan mematuhi instruksi orangtua:

 1. Membiasakan anak tidur sendiri.

- Dengan maraknya trend attachment parenting*, semakin banyak orangtua menganut anggapan bahwa tidur bersama orangtua adalah lebih baik dibandingkan jika anak tidur sendiri. Alasan utama adalah dengan tidur bersama, orangtua sedang membangun bonding dan membangun rasa aman pada anak. Hasil riset saya menunjukkan sebaliknya. Dengan mengajar anak tidur sendiri, orangtua pada dasarnya sedang mengajarkan anak untuk patuh pada instruksi orangtua dan sedang membantu anak untuk bisa menenangkan dirinya sendiri (jadi tidak terlalu bergantung pada keberadaan orangtua untuk bisa tidur).
-Apa hubungannya tidur dengan kepatuhan? Dalam melatih anak tidur sendiri, orangtua menetapkan (1) waktu tidur (2) rutinitas menjelang tidur, dan (3) lokasi yang sama setiap hari. Apapun yang anak sedang lakukan dan meskipun dia tidak ingin tidur, di waktunya tidur ya anak harus tidur dan mengikuti instruksi orangtua dalam melakukan rutinitas menjelang tidur dan tidur di tempatnya sendiri. Dengan demikian, ketika anak tetap tidur di kamarnya sendiri, ia sedang belajar mematuhi instruksi orangtua. Jadi, kegiatan tidur bukan hanya berguna untuk istirahat tapi juga untuk melatih disiplin dan kepatuhan mendengar instruksi.
- Pada awalnya, anak pasti tidak mau tidur sendiri. Tetapi tidak semua kemauan anak harus diikuti, karena orangtua sebagai pemimpin seharusnya mengetahui apa yang dibutuhkan dan apa yang terbaik bagi anak. Asalkan dilakukan dengan konsisten, kontinu, dan penuh kasih, lama kelamaan anak akan mengerti kalau tidur sendiri adalah yang terbaik.
- Anak tidur sendiri juga baik bagi hubungan orangtua, karena memberikan ruang privasi sebagai suami istri. Hal ini terkesan remeh, tapi penting untuk kualitas pernikahan; dan dari pernikahan yang  baik, lahirlah orangtua yang baik.

2. Membiasakan makan di meja makan.

- Orangtua bukan kejam ketika menaruh anaknya di highchair ketika makan dan bukan sekedar iseng mengikat-ikat anak. Melainkan, dengan duduk diam setiap makan, orangtua sedang mengajarkan disiplin makan pada tempatnya dan patuh terhadap instruksi. Anak juga dilatih untuk duduk diam dan memiliki keterampilan makan sendiri. Sekali lagi, kegiatan makan bukan sekedar makan, tapi juga sebagai sarana pendidikan.
- Makan sendiri sudah bisa diajarkan kepada anak semenjak anak mulai bisa makan finger food pertama kali (sekitar usia 9 bulan).

3. Mengajarkan tata krama dan sopan santun. 

- Tata krama dasar yang selalu saya ajarkan kapada Jova adalah untuk tidak lupa bilang please, thank you, no thank you, sorry, dst.
- Sebelum Jova dapat berbicara, saya mengajarkan dia untuk berkomunikasi dengan menggunakan bahasa isyarat untuk mengajarkan sopan santun sedini mungkin. Jika Jova meminta sesuatu, saya tidak akan berikan sebelum dia katakan (atau menggunakan bahasa isyarat)  please dan selalu saya tunggu thank you nya setelah saya berikan apa yang dia minta.
- Ketika saya menawarkan sesuatu, saya tidak menerima jawaban "No!" saja terutama yang disampaikan dengan nada kasar. Selalu saya minta Jova bilang “no, thank you.”- Hal ini berlangsung setiap waktu setiap hari. Memang melelahkan, tetapi tidak ada cara lain untuk membentuk karakter dan kebiasaan patuh pada anak selain melalui teladan, instruksi dan latihan yang konsisten dan kontinu. 

4. Mematuhi instruksi dasar.

- Demi keselamatan dan ketenangan pikiran orangtua :), sejak dini anak harus bisa mematuhi minimal tiga instruksi dasar: no, wait, stop!
- Instruksi dasar ini berguna terutama untuk mencegah anak-anak menyentuh benda berbahaya, berlari ke arah jalan, atau mengganggu ketertiban dan kenyamanan orang lain, dan masih banyak lagi.- Orangtua dapat melatih anak mematuhi instruksi stop ketika jalan ke luar rumah. Sebagai contoh, sebelum keluar rumah saya selalu katakan, “Jova kalau mama bilang stop Jova harus berhenti ya, kalo Jova gak berhenti kita pulang.” Kemudian, ketika di luar rumah Jova lari menjauh dan tidak patuh ketika saya bilang stop, maka saya akan membawa Jova pulang seperti yang telah saya katakan sebelumnya. Latihan ini bisa juga ini dapat juga dilakukan dalam bentuk permainan stop and go. Permainan ini sederhana sekali karena orangtua hanya perlu berjalan beriringan dengan anak dan berhenti ketika mengatakan stop dan kembali berjalan ketika mengatakan go. Lakukan permainan ini berulang kali di rumah sehingga ketika dipraktikkan di luar rumah, anak sudah familiar dengan instruksi stop dan go tersebut.



5. Memiliki rutinitas yang sama / jadwal tetap setiap hari.

- Selain melatih anak untuk patuh terhadap jadwal, poin ini sangat membantu mencegah tantrum karena keberadaan rutinitas dalam hari memberikan rasa aman dan keteraturan (sense of predictability) bagi anak.
- Cara sederhana untuk membantu orantua menjalankan jadwal adalah dengan memasang alarm pada telepon genggam atau gadget lain untuk menandai setiap jadwal penting, seperti waktu makan, snack, dan tidur. Jadi, setiap kali bel berbunyi, orangtua diingatkan akan rutinitas yang perlu dilakukan dan anak akan mengerti jika sudah tiba waktunya untuk untuk melakukan sesuatu tanpa harus dibujuk dan dikejar-kejar.

6. Mengerjakan tugas rumah tangga (chores).

- Anak mengerjakan tugas rumah tangga merupakan pemandangan yang langka di tengah banyaknya keluarga yang menggunakan jasa ART. Pekerjaan rumah tangga dipandang sebagai pekerjaan pembantu. Satu hal yang tidak disadari bahwa melibatkan anak dalam pekerjaan ini memiliki banyak sekali manfaat, salah satunya adalah melatih anak mendengar dan mematuhi instruksi.
- Saya mulai melatih Jova sedini mungkin, sekitar umur satu tahun, untuk membantu membuang popok kotornya (tentu yang sudah dibungkus dengan rapi) ke tempat sampah dan juga membantu membersihkan sisa makanannya yang terjatuh di lantai saat Jova selesai makan.- Melalui tugas sederhana ini anak belajar untuk mengerti instruksi sederhana, melakukannya, dan mendapatkan respon positif setelahnya. Pengalaman ini memberikan impresi pada anak bahwa mematuhi instruksi orangtua merupakan hal yang menyenangkan, karena pada dasarnya setiap anak ingin menyenangkan orangtuanya.


Jova, usia 2,5 tahun, menyapu beras yang tercecer
setelah membantu mamanya menuang beras untuk masak nasi




















Prinsip yang harus diingat dalam melatih anak mendengar instruksi adalah:

1. Orangtua harus memiliki otoritas untuk memimpin anak dengan tegas, konsisten, proaktif namun  selalu penuh kasih. Senantiasa jadi teladan dan hadapi setiap situasi dengan cool, calm,and collected. Kombinasi ini akan menumbuhkan rasa hormat pada anak sehingga mematuhi orangtua menjadi hal yang mudah dan menyenangkan.
2. Hindari menjadi orangtua otoriter yang mudah meledak-ledak dan tidak dapat diprediksi. Hal ini akan menimbulkan rasa bingung dan resistensi pada anak, sehingga mematuhi orangtua cenderung menjadi sebuah beban dan ajang pertempuran.


Saya bisa membayangkan apa yang ada di pikiran Anda setelah membaca artikel panjang ini, “wah, gak kurang banyak nih tekniknya? Siapa yang punya waktu dan energi untuk ngerjain ini semua?”


Sebetulnya masih ada beberapa teknik lain yang belum saya tuliskan, mungkin kelak saya akan tambahkan di part 3. Satu hal yang saya yakini, di mana ada kemauan pasti di sana ada jalan :).  Good luck parents!



-----------------------------------------------

* Keterangan mengenai attachment parenting akan saya bahas pada artikel lain. 

No comments:

Post a Comment