Friday, February 28, 2014

Tips Agar Anak Batita Bisa Makan Sendiri

Dulu, mama saya bilang saya adalah anak yang susah sekali makannya. Makanan selalu diemut dan butuh waktu yang lama untuk menyuapi seorang avia kecil. Alhasil, waktu makan setiap hari menjadi nightmare untuk mama saya .

Saya yakin mama saya tidak seorang diri ketika menghadapi dilema memberi makan anak sebagai ajang pertempuran. Mungkin banyak orangtua yang tertolong dengan adanya  pengasuh, tapi ketika sang pengasuh harus pulang kampung atau berhenti karena berbagai alasan, terpaksa deh menghadapi realita pertempuran setiap kali makan.


Setelah saya pelajari lebih jauh, ternyata memungkinkan kok untuk menghindari pertempuran ketika makan dengan cara mengajarkan anak untuk makan sendiri dan untuk tidak menjadi picky eater. Berikut beberapa tipsnya:
  • Orangtua dapat mengajar sedini mungkin, ketika usia 9 bulan dan mulai makan finger food. Finger food adalah makanan yang bisa anak genggam / pegang dengan jari dan suapkannya sendiri ke dalam mulutnya.
Jova, usia 9 bulan, ketika merayakan ultah papanya
di sebuah rumah makan di Davis.
  • Tetapkan jadwal dan lokasi makan yang sama setiap hari.
  • Anak sebaiknya duduk di meja makan / high chair dan sebisa mungkin makan bersama dengan anggota keluarga lainnya. Jangan biarkan anak berjalan - jalan atau bermain sambil makan, waktu makan adalah untuk makan.
  • Cara memberikan makanan pada anak adalah dengan letakkan satu per satu makanan di mejanya. Anak usia 9 bulan biasanya memiliki naluri untuk memasukkan apapun ke mulutnya. Jika tidak, tunjukkan bagaimana caranya dengan memandu tangan anak untuk menaruh makanan ke mulutnya.
  • Kenalkan makanan baru berkali-kali. Jika awalnya anak tidak suka, coba lagi di lain kesempatan. Mulai kenalkan makanan baru satu per satu, agar dapat mengantisipasi jika ada alergi terhadap makanan tertentu.
  • Untuk anak yang lebih tua, mulai berikan makanan dengan urutan yang paling anak tidak suka dulu (biasanya sayuran) baru berikan makanan lainnya. Jika anak makan sesuai jadwal, maka mekanisme laparnya akan terbentuk di jam makannya, dan dalam kondisi lapar biasanya anak akan lebih mudah makan apa yang biasanya dia tidak sukai; dan jika ada prasyarat makan sayur sebelum bisa makan makanan lezat lain yang tersedia di meja makan biasanya anak akan makan saja dengan cepat agar bisa makan yang lain.
  • Setelah anak mahir makan dengan tangannya, mulai kenalkan bagaimana menggunakan sendok dan garpu.
  • Batasi waktu makan anak (sekitar 30 menit) agar ada jeda antara jam makan yang satu dengan lainnya. Seringkali anak-anak di Indonesia disuapi sampai jam 1 jam lebih sambil main-main sehingga anak kerap mengemut makanannya, alhasil anak tidak lapar di waktu makan berikutnya dan ini seperti lingkaran setan yang tidak ada putusnya; makan pagi ketemu makan siang, makan siang ketemu makan malam. 
  • Buat rutinitas makan menjadi rutinitas yang menyenangkan sekaligus edukatif (bisa dibaca di sini mengenai sisi edukatif dari rutinitas makan) sehingga kegiatan makan menjadi sesuatu yang dinantikan.
Tidak perlu koki jenius untuk menyusun makanan anak
menjadi smiley face :)
  • Libatkan anak dalam menyiapkan makanan dan beres-beres setelahnya. Hal ini dapat memberikan kebanggaan tersendiri pada anak karena dia memiliki peran dalam proses persiapan makan dan akan membuatnya menjadi semakin bersemangat menyantap makanan yang dia turut siapkan.
Bantu mama masak dan cuci piring.

Saya bersyukur sekali dapat memiliki kesempatan belajar bagaimana cara mengajarkan Jova makan sendiri sedini mungkin. Karena di dua tahun pertama usia Jova, saya harus mengalami 5 kali operasi dan menghabiskan malam-malam panjang di rumah sakit. Periode terlama adalah ketika operasi di bulan September tahun 2012 waktu saya harus menginap selama 12 hari di rumah sakit. 

Bayangkan kondisi kami waktu itu, saya di rumah sakit sementara suami harus pulang balik ke rumah sakit dan menjaga Jova (suami saya mau ada di rumah sakit terus karena pengalaman yang lalu dimana saya tiba-tiba saja kritis, membuat dia trauma). Semua kami jalani tanpa keluarga dan pembantu. Beruntung kami memiliki sahabat-sahabat yang bersedia membantu menjaga Jova. Tapi tentu tidak mudah karena mereka juga harus kerja dan dua diantaranya juga baru saja memiliki bayi. Akhirnya, di siang hari kami terpaksa titipkan Jova di daycare dan di malam hari kami titipkan di rumah mereka. Di masa itu Jova berusia 1 tahun dan 2 bulan, dan  keterampilannya untuk makan dan tidur sendiri sangat membantu meringankan beban keluarga-keluarga yang menolong kami (video di bawah direkam oleh Mas Bayu, salah satu sahabat yang dititipi Jova ).


Semoga tips diatas berguna dan semakin banyak anak-anak batita Indonesia yang dapat mandiri, alias makan sendiri :)

No comments:

Post a Comment